MANAJEMEN BERLANDASKAN PERASAAN
Cerita dimana dalam sebuah kapal terbang yang penuh dengan penumpang menuju Bandara disebuah negara bagian Amerika Serikat yaitu Texas. Dalam perjalanannya, sebagai kopilot (Kepala pilot) adalah Mr. Broon. Mr. Broon dibantu beberapa rekanya yang disebut kru pesawat. Sudah kebiasaan Mr.Broon yang selalu marah-marah, semua yang dilakukan kru pesawat dikendalikan oleh Mr. Broon. Siapa yang menentang perintah akan kena marah bahkan kontak fisik, sebenarnya hal itu sering terjadi, namun hanya saja tidak ada seorangpun yang berani melawan. Suatu ketika seorang pilot melihat ada ketidak beresan dalam pesawat, yaitu salah satu bagian mesin pesawat mengalami kerusakan, seorang pilot tersebut kemudian melaporkan pada Mr. Broon. Ada perbedaan pendapat mengenai kerusakan tersebut, dengan keyakinannya pilot tersebut memberanikan ngotot dengan Mr. Broon, namun kopilot tersebut tetap tetap teguh dengan pendirianya, sedangka kru yang lain sebenarnya tidak sepakat dan bahkan tidak percaya atas analisa kopilot. Karena semua kru takut akhirnya, terjadi gonjangan pertama pada pesawat namun kopilot tetap menyatakan mesin pesawat tidak ada masalah. Terjadi lagi goncangan kedua sampai pada goncangan ketiga, akhirnya pesawat mendarat bebas. Kejadian tersebut akhirnya menewaskan beberapa penumpang karena kesalahan kopilot Mr. Broon, sedangkan kru yang lain takut ikut membantu karena sering dimarahi Mr. Broon.
Kerja kelompok adalah jalur untuk komunikasi yang terbuka, kerjasama, saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat dengan jujur, (dasar kecerdasan emosional)
Indikator kecerdasan emosional didalam lingkungan kerja antara lain:
1. Semangat kerja baik
2. Karyawan terintimidasi
3. Atasan yang tidak arogan
Apabila hal tersebut tidak dapat terwujud maka, akan mengakibatkan :
1. Menurunya produktifitas
2. Banyak tengat waktu yang longgar
3. Kekeliruan-kekeliruan dan kecelakaan-kecelakan kerja
4. Karyawan banya menggundurkan diri
5. Menurunya laba
Seorang eksekutif—harus menggunakan otak bukan perasaan dalam memimpin. Seorang pemimpin tidak harus mempunyai intelegensia yang tinggi, kepeminpinan tidak tergantung pada “kepemilikan” intelengensia namun “pemanfaatan” intelengensianya. Kecerdasan emosional sangat dibutuhkan dalam memimpin, terganggunya emosional mengakibatkan: pertama, Orang tidak dapat mengingat, kedua, Tidak dapat berkonsentrasi, ketiga, Tidak dapat belajar. Terganggunya kecerdasan emosional seperti tersebut diatas menimbulkan Strees, dan strees membuat orang bodoh. Ketrampilan emosional dapat dicirikan sebagai berikut: pertama, Setara dengan orang-orang yang berurusan dengan kita, kedua, Pandai mengatasi perselisihan sehingga tidak makin memanas, ketiga, Mampu memasuki keaadaan dan hanyut dalam kerja.
Kepemimpinan bukan berarti menguasai, melainkan seni meyakinkan orang untuk bekerja keras menuju sasaran bersama. Maka setiap pemimpin mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam memimpin, hal tersebut karena seninya berbeda-beda.
Tiga penerapan kecerdasan emosional dalam memimpin:
1. Mampu mengeluh dan mengutarakan keluhan sebagai kritik membangun. Kritik dimaksudkan untuk membangun bukan menyerang, seorang yang dikritik menganggap kritikan tersebut merupakan serangan maka, hanya akan terjadi konflik (dapat konflik tertutup ataupun konflik terbuka). Sebaiknya kita menanggapi kritik sebagai hal untuk membangun demi perbaikan suatu hal.
2. Menciptakan suasana dimana keragaman dihargai bukan menciptakan pertentangan
3. Menjalin jaringan kerjasama secara efektif
Umpan balik adalah pertukaran data tentang bagaimana satu bagian system bekerja dengan pengertian bahwea satu bagian yang lain mempengaruhi bagian yang lain dalam system sehingga bagian yang melenceng dapat diperbaiki kejalur yang baik lagi.
Umpan balik merupakan darah dalam organisasi –pertukaran informasi untuk mengetahui apakah kerja yang dilakukan sudah baik ataukah buruk atau masih harus diperajam, ditingkatkan, diarahkan kembali–tanpa umpan balik—orang akan berada dalam kegelapan, tidak mempunyai bayangan bagaimana bersikap dengan atasan, koleganya, atau apa yang diharapkan dimereka dan setiap masalah hanya akan berlarut-larut.
Komentar
Posting Komentar